Seni kalumpang atau nyanyi
Sasambo yang berirama pantun dalam bahasa Sangihe sambil mencukur kelapa, itu tidak di iringi oleh musik bernada, karena alat musiknya itu sudah menggunakan Cukuran Kelapa. Biasanya seni Kalumpang di adakan saat sedang acara adat Tulude, panen raya, panen padi, panen kelapa, panen cengkih, panen pala dan sebagainya. Beryanyi dalam Seni Kalumpang atau di sebut Mesambo dalam Pantun atau disebut "Mekalumpang". Mesambo (Sasambo) dalam bentuk pantun berbait 4 baris sajak adalah jenis nyanyi zaman dulu di sangihe sambil mencukur kelapa sebagai syukuran panen. Untuk alat Cukuran Kelapa dalam bahasa Sangihe di sebut "Kakiraeng". Alat tersebut ada tempat duduknya, sehingga orang mencukur kelapa itu bisa sambil duduk.Lain lagi dengan irama Tagonggong, cara nyanyinya juga mesambo tapi syair lagunya panjang dari tiap judul lagunya, serta iramanya. Seni Kalumpang juga punya irama, atau istilah sekarang di sebut irama. Setiap lagu pantun-nya beda-beda irama, ada irama lambat, sedang dan cepat. Pada saat sedang mengadakan Kalumpang, maka irama mencukur kelapanya juga harus sesuai dengan irama lagu yang di bawakan. Jika irama lagunya lambat, maka irama pada mencukur kelapa juga juga harus sesuai irama lagunya dalam tempo lambat.Untuk nada atau atangga nada yang di pakai pada lagu-lagu pantun, mungkin diperkiraan saja, nada yang di pakai saat mesambo atau menyanyi pada Seni Kalumpang, yaitu tidak terlalu beda jauh dengan tangga nadanya musik Bansi yaitu perangkat dari Oly-Oly, yang memiliki wilayah nada kisaran 3 nada saja (Bukan seperti diatonis lengkap). Musik Oly melalui musik Bansi diketahui menggunakan kisaran 3 buah nada, tapi tanpa penyanyi, karena Musik Oly-Oly mengiringi langsung Ritual Medaroro (Ritual) pada jaman dulu di Sangihe. Medaroro merupakan agama lokal jaman dulu sebelum masuknya agama resmi di Sangihe.
Memyanyikan pantun atau mesambo pantun atau "Kalumpang" sesuai irama lagu-lagunya yang di ciptakan oleh para penyanyi atau "mesasasambo". Hada'u Kalumpang atau irama Kalumpang juga di pakai di irama Tari Bura Sinsing, Tari Gunde serta Tari Upase dan Tari Salai. Untuk musik pengiringnya berbeda-beda, Kalau Kalumpang, musiknya Cukuran Kelapa. Sedangkan Tari Bura Sinsing, dan sebagainya itu menggunakan alat musik Tagonggong (sejenis musik kettel drum).Irama-irama atau dalam bahasa Sangihe di sebut "Hada" (Irama" atau "Hada'e" (iramanya) atau "Pia Hadae" (ada iramanya). Irama-irama tersebut adalah sebagai beriku ini:- Irama Sonda (mirip irama Tanggo)- Irama Sasiolang (mirip irama Swing)- Irama Balang (mirip irama Rumba)- Irama Bawine (mirip irama slow rock)- Irama Duruhang (mirip irama wals)Menyanyi atau mesambo dalam bentuk Pantun sambil mencukur kelapa (Cukuran anggapalah sebagai musiknya), pada penyajiannya terdiri dari beberapa orang serta ada juga dalam jumlah banyak. tergantung peserta perayaan panen. Sebagian orang atau kebanyakan yang hadir sambil menyaksikan seni adat tradiisional Kalumpang yang berpantun secara berbalas-balasan. Peserta lainnya sambil dengan serunya menyaksikan, juga sambil dengan kesibukan mereka dalam perayaan saat itu. Membuat perayaan adat mempersatukan kebersamaan serta kerukunan antar saudara, sesama, juga kerabat yang hadir merayakannya.
Menyanyi atau mesambo pantun sambil mencukur kelapa secara-berbalas-balasan dengan nyanyian demi nyanyian yang di lantukan atau di suguhkan menceritakan tentang kehidupan alam, kebaikan alam, persatuan antar sesama, saling menghormati, kerukunan, kasih sayang sesama saudara/i dan sebagainya (banyak arti nyanyian atau syair yang di ciptakan pada jaman dulu).
Beberapa judul syair lagu sasambo pantun Kalumpang, sbb:- Mengucap syukur atas berkah yang Maha Kuasa- Kihing Bango Mempeparandaseng (Suara Mengalun saat sedang mencukur kelapa/Kalumpang)- dsb-nyaSeni Kalumpang atau Seni Nyanyi Pantun sambil mencukur kelapa dengan berbagai syairnya sesuai iramanya, sering di nyanyikan pada acara perayaan Panen Raya atau acara Tulude Mengundang Banua (Kesejahteraan Negri). Kalumpang juga sering diadakan pada panen tiap-tiap petani yang panennya besar-besaran, biasanya panen besar-besaran karena hasil kerja mapalus atau hasil kerja kelompok tani. Jaman dulu dalam bertanam padi, cengkeh, kelapa, pala saling bahu membahu serta tolong menolong yang di sebut kerja mepalose (kerja mapalus). Setelah panen raya besar-besaran, maka para petani mengadakan syukuran, memasak bersama sambil di selingi seni Kalumpang.Setelah di ciptakannya Musik Tagonggong, maka perayaan pun semakin ramai, karena setelah Kalumpang, kemudian di selingi Musik Tagonggong sambil juha ada penarinya. Tarian juga tergantung peserta sukanya tari apa, suka tari Gunde atau Tari Salai keduanya tarian untuk umum, serta Tari Bura Sinsing untuk muda/i. Karena 3 jenis tarian tersebut bisa untuk sajian malam hari juga siang hari yang di iringi Musik Tagonggong dengan nyanyinya juga Sasambo dengan bentuk syair yang panjang seperti bentuk syair lagu sekarang tapi nyanyinya hanya bernada 3 buah nada saja (nadanya tidak lengkap), katakanlah tangga nada Sasambo atau tangga nada jaman dulu.